Analisis Konflik Iran-Israel Melalui Pandangan Neorealisme

Konflik yang terjadi antara Iran dan Israel merupakan konflik panjang yang sampai saat ini masih terus berlangsung bahkan semakin memanas. Sebelum terjadi konflik, Iran dan Amerika Serikat merupakan aliansi sehingga Iran tidak mungkin melakukan perlawanan terhadap Israel yang merupakan sekutu dekat Amerika Serikat. Aliansi antara Amerika pecah ketika Iran memberikan bantuan dana kepada Lebanon dan Palestina untuk membantu kedua negara tersebut perang dengan Israel. Sejak saat itu hubungan Amerika Serikat dan Israel dengan Iran tidak pernah akur. Terjadi banyak penyerangan yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan Israel yang tentu saja memakan banyak korban jiwa, baik dari rakyat sipil Iran maupun tentara Amerika Serikat.

               Amerika Serikat telah menetapkan Iran sebagai musuh utama dikarenakan AS dan Israel mengklaim Iran mengembangkan nuklir yang akan digunakan sebagai senjata pemusnah massal lewat nuklir yang dikembangkannya. Pemerintah Iran berulang kali membantah hal tersebut dan mengatakan bahwa pengembangan nuklir yang mereka lakukan hanya untuk pembangkit energi demi kepentingan rakyat sipil. Tentu saja Amerika dan Israel tidak akan mempercayai apa yang dikatakan oleh Iran dan tetap melakukan segala cara untuk menghentikan Iran mengembangkan nuklir. Pada tahun 2010 dan 2011 AS dan Israel membunuh ahli nuklir Iran untuk menghambat program nuklir Iran.

               Israel juga dengan gencar melakukan serangan udara terhadap Suriah yang merupakan negara aliansi Iran. Menanggapi semua yang telah dilakukan oleh AS dan Israel, Iran secara resmi menegaskan berperang dengan Israel  karena menurut pemerintah Iran, apabila ingin menghancurkan Amerika Serikat, maka Israel merupakan komponen penting yang harus dihancurkan terlebih dahulu. Lebih lanjut pemerintah Iran mengatakan Israel merupakan akar penyebab semua masalah di dunia dan tujuan mereka adalah menghancurkan Israel.

               Konflik antara Iran dan Israel beserta sekutu masing-masing negara ini bisa dianalisis dengan menggunakan teori neorealisme. Neorealisme sendiri merupakan teori yang berpendapat bahwa negara merupakan aktor yang paling utama dalam hubungan internasional. Perilaku anarki setiap negara yang menyebabkan perebutan kekuasaan, bukan sifat natural manusia. Teori neorealisme pada dasarnya menekankan bagaimana sistem internasional yang anarki ternyata bisa menjadi damai dengan adanya konsep balance of power (keseimbangan kekuatan) dan band wagening (kerjasama negara lemah dengan negara kuat), dimana sebelumnya teori realisme berpendapat negara merupakan aktor merupakan aktor yang egois dan sifat anarki merupakan sifat natural manusia. Namun, teori neorealisme mengatakan negara juga bisa bekerjasama walaupun sistem anarki memang tidak bisa dipungkiri.

               Konsep balance of power dalam neorealisme mengacu pada kondisi negara-negara yang berkonflik untuk mencapai suatu keseimbangan kekuatan. Negara yang berkonflik bersaing satu sama lain supaya tidak ketinggalan dari negara lawan sehingga terjadilah yang dinamakan balance of power tersebut. Namun, konsep balance of power ini akhirnya menimbulkan masalah-masalah baru seperti arms race (perlombaan senjata). Apabila satu negara memperkenalkan senjata terbaru dan tercanggih mereka, maka negara lawan juga akan berusaha membuat senjata yang sama canggihnya atau bahkan lebih supaya negara lawan tidak bisa melakukan serangan atau tekanan. Perlombaan senjata inilah yang terjadi antara Iran dan Israel. Dalam kasus ini Iran dan Israel saling menyeimbangkan kekuatan melalui perlombaan senjata nuklir seperti rudal dan bom atom.

Konflik antara Iran dan Israel ini tidak hanya melibatkan kedua negara tersebut. Di pihak Iran, mereka juga bersekutu dengan Rusia yang pada dasarnya tidak pernah akur dengan Amerika Serikat. Vladimir Putin selaku presiden Rusia menegaskan apabila Israel dan Amerika menyerang Iran maka Rusia tidak akan tinggal diam dan dipastikan Israel akan mengalami kehancuran dikarenakan Rusia mengklaim bahwa amunisi nuklir mereka sudah siap sepenuhnya dan siap untuk perang nuklir kapan saja dengan Israel.

Terkait ancaman Putin, Israel tidak gentar sama sekali dan mengatakan tetap akan menyerang Iran. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, kepercayaan diri Israel ini tentu saja karena mereka juga mempunyai Amerika Serikat sebagai sekutu yang tentu saja akan mendukung tindakan yang dilakukan Israel. Adanya dua negara besar dibalik Iran dan Israel juga semakin mengukuhkan balance of power di antara kedua negara. Iran dan Israel mempunyai senjata nuklir yang terus dikembangkan, begitu juga dengan negara aliansi mereka yaitu AS dan Rusia dimana keduanya merupakan negara kuat dengan pengaruh tidak terbantahkan di dunia internasional, dan tentu saja jangan lupakan amunisi nuklir yang mereka miliki.

Dengan adanya balance of power antara Iran dan Israel, bisa dikatakan kemungkinan terjadinya perang dunia ketiga atau perang nuklir adalah sangat kecil. Sehingga bisa dikatakan dunia ini akan tetap damai tapi dalam konteks perdamaian negatif sesuai dengan konsep neorealisme. Akan tetapi, perlombaan senjata antara Iran dan Israel juga menyebabkan dampak kepada kawasan Timur Tengah yaitu muncul ketegangan di kawasan tersebut serta terpecah belahnya negara-negara Timur Tengah menjadi kubu blok barat ( aliansi Amerika Serikat) dan blok timur (aliansi Rusia). Lebih lanjut, walaupun perang nuklir belum tentu terjadi, namun serangan-serangan udara yang dilancarkan kedua negara sebagai bentuk uji coba senjata maupun peringatan terhadap pihak lawan tetap saja menimbulkan banyak korban jiwa dan menyebabkan keresahan bagi warga sipil.

Referensi

Jackson, Robert, and Sorensen, Georg. 2009. Pengantar Studi Ilmu Hubungan Internasional. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

https://m.detik.com/news/internasional/2028995/iran-sebut-israel-akar-penyebab-semua-masalah-dunia

http://m.okezone.com/read/2015/01/24/18/1096555/iran-tegaskan-perang-lawan-israel

 

Tinggalkan komentar